Pengujian beton tentunya penting dilakukan untuk mendapat kepastian kualitas dari beton tersebut. Karena beton memainkan peran penting, maka tentunya harus dipastikan beton tersebut memiliki kualitas yang sesuai standar.
Jika beton tidak sesuai standar tentunya sangat membahayakan karena beton biasanya menjadi pengisi struktur bangunan bahkan penopang atau juga malah menjadi pondasi bangunan. Oleh karena itu sebelum dipasarkan atau digunakan, harus dilakukan pengujian pada beton tersebut.
Untuk bisa mendapat kepastian kualitas beton, tentunya diperlukan pengujian. Proses pengujian ini biasanya dilakukan pada proyek konstruksi dengan skala besar agar setiap aspek proyek tersebut terutama yang menggunakan bahan beton bisa dipastikan minim resiko kegagalan.
Adapun perlu diketahui bahwa dalam pengujian beton ada beberapa metode yang sudah biasa digunakan. Setidaknya ada 5 metode yang digunakan dalam pelaksanaan pengujian kualitas beton. Berikut akan disebutkan serta dijelaskan metode-metode tersebut:
1. Compression Test
Metode pertama yang biasa dilakukan dalam pengujian kualitas beton adalah compression test atau uji kuat tekan beton. Dalam pelaksanaan uji kuat beton ini akan digunakan sample sebagai objek yang diuji.
Baca juga : Penanganan Longsoran Jalan
Pada sample tersebut nantinya akan diberikan tekanan sampai sample tersebut menjadi hancur. Tujuan dilakukannya compression test ini seperti namanya yakni adalah untuk mengetahui seberapa kuat beton tersebut menahan gaya tekan.
2. Slump Test
Berikutnya ada metode yang disebut dengan slump test dalam pelaksanaan pengujian material beton. Jadi inti dari slump test ini adalah mengetahui kadar air yang ada di dalam beton tersebut. Dalam proses pelaksanaan slump test ini menggunakan alat bantu yang biasa disebut dengan kerucut abraham.
Alat tersebut nantinya akan diletakkan pada tempat yang tidak menyerap air dan mempunyai permukaan yang rata. Setelahnya tinggal masukkan adukan beton dan lihat penurunan puncak kerucut dibanding tinggi awal. Ukuran itulah nantinya yang menjadi hasil dari pengujian beton dengan metode slump test ini.
3. Hammer Test
Seperti namanya, pengujian material beton yang satu ini menggunakan alat yang berbentuk seperti palu (hammer). Pengujian ini biasa dilakukan pada bangunan di bagian kolom, plat lantai, atau balok. Pada pengujian ini dilakukan di 20 titik.
Baca juga : Metode Pemeliharaan Jembatan
Yang perlu diperhatikan disini adalah permukaan yang akan dilakukan pengujian harus berada dalam kondisi kering dan rata. Jika belum rata, sebelum proses pengujian berlangsung harus diratakan dulu. Untuk meratakannya bisa dengan menggunakan gerinda. Untuk mengetahui kekuatan beton yang diuji, hasil uji tersebut nantinya akan dihitung dengan menggunakan standar deviasi.
4. Uji Core Drill
Core Drill ini sebenarnya adalah nama dari alatnya yang digunakan untuk pengujian beton dengan metode uji core drill. Alat core drill sendiri digunakan untuk mengambil sampel dari beton yang sudah jadi.
Pada uji core drill ini perlu diperhatikan bahwa struktur bangunan jangan sampai mengalami kerusakan. Sampel itulah nantinya yang akan dilakukan pengujian dengan crushing test.
5. Pengujian Ultrasonik
Seperti namanya, pengujian ultrasonik ini menggunakan gelombang ultrasonik. Pengujian ini juga dikenal dengan sebutan Ultrasonic non Destructive. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada pengujian ini tidak akan dihasilkan kerusakan pada beton tersebut. Pengujian ini akan menggunakan bantuan alat yang sudah menerapkan gelombang ultrasonik untuk mengetahui hasil ukurnya.
Itulah tadi pembahasan tentang pengujian beton. Jadi bisa ditarik kesimpulan disini bahwa pengujian material beton ialah suatu hal yang penting dilaksanakan untuk memastikan mutu atau kualitas beton. Hal tersebut tentu dilakukan untuk memastikan keamanan bangunan yang menggunakan beton sebagai struktur penopang dan penahan tekanan beban.