Begini Cara Perhitungan Hasil Uji Hammer Test yang Dilakukan Pada Permukaan Beton

Cara perhitungan hasil uji hammer test tentunya biasa dilakukan pada saat sudah selesai melakukan semua tahapan atau langkah dari proses uji tersebut. Bagi yang berkecimpung atau berprofesi di dunia konstruksi atau teknik sipil mungkin sudah tidak asing lagi dengan prosedur hammer test ini.

Pengertian Uji Hammer Test

Penggunaan uji hammer test seringnya adalah untuk pengukuran kekuatan beton. Jadi penggunaan cara ini akan dapat menghasilkan informasi penting yang berkaitan dengan kekuatan serta kualitas beton.

Hal tersebut tentu penting karena biasanya beton dipakai untuk struktur bangunan yang berat dan besar seperti jembatan, bangunan bertingkat seperti Hotel atau apartemen dan lain-lain.

Alat yang Harus Disiapkan pada Pengujian Hammer Test

Dalam pelaksanaan pengujian hammer test tentu dibutuhkan beberapa alat yang harus disiapkan. Berikut beberapa alat tersebut:

  • Rebound Hammer yang berjumlah 1 buah.
  • Batu ujian yang berjumlah minimal 6 buah.
  • 1 buah pita pengukur.
  • 1 buah bor.
  • Diamond Bits yang jumlahnya sesuai kebutuhan.

Baca juga : Rumus Perhitungan Hammer Test Excel

Langkah Pelaksanaan Uji Hammer Test

Setelah semua alat dan bahan sudah disiapkan dan sudah dipastikan tidak ada yang terlewat, maka sekarang saatnya untuk mengetahui langkah pelaksanaan uji hammer test. Berikut penjelasan langkah pelaksanaan uji hammer test:

1. Persiapkan Batu Ujian

Dalam pelaksanaan uji hammer test dibutuhkan batu ujian. Disini ukuran batu ujian tersebut harus sesuai standar yakni tinggi 30 cm dan diameter 15 cm dengan bentuk silinder. Kemudian bor pada batu tersebut untuk mendapatkan sample beton.

Setelah sample didapatkan, potong dengan menggunakan diamond bits, hasil potongan inilah nantinya yang akan menjadi objek untuk pengujian hammer test dengan alat rebound hammer.

2. Pelaksanaan Uji Hammer Test

Dalam pelaksanaan uji hammer test, langkah pertama yang dilakukan adalah memastikan permukaan batu sample sudah rata. Selain itu jangan ada debu atau kotoran lain. Selanjutnya pastikan juga alat hammer rebound yang digunakan masih berada dalam masa kalibrasi dan berfungsi dengan baik.

Setelah itu tinggal memposisikan alat rebound hammer tersebut pada permukaan beton. Jika sudah pas, tinggal pencet tombol untuk menghantam permukaan beton. Hasil pengukuran otomatis akan tertampil pada alat hammer rebound tersebut.

Baca juga : Hammer Test Beton

Cara Perhitungan Hasil Uji Hammer Test

Jika proses pengujian hammer test sudah terlaksana dari awal sampai akhir, sekarang saatnya untuk menghitung hasil uji hammer test tersebut. Dalam langkah terakhir melaksanakan pengujian hammer test pastikan sudah mendapat hasil rebound rata-rata.

Jika hasil rebound rata-rata sudah dipastikan didapatkan, maka kita bisa melangkah ke cara perhitungan hasil uji hammer test yang langkahnya akan dirincikan berikut ini:

  • Lihat kurva kalibrasi yang digunakan dalam pengukuran kekuatan beton.
  • Dari setiap sampel beton yang telah disiapkan, tentukan berapa besarnya nilai rebound rata-rata masing-masing sampelnya.
  • Dari nilai rebound rata-rata yang sudah didapat dari setiap sampel beton tadi, tentukanlah titik pada kurva kalibrasi.
  • Nah pada kurva tersebut yang harus diperhatikan adalah sumbu vertikal. Dimana nilai atau angka yang tercantum pada sumbu vertikal itulah yang akan menjadi nilai kekuatan beton dalam satuan MPa.

Beberapa faktor perlu diperhatikan dalam menghitung hasil uji hammer test. Hal-hal tersebut adalah usia beton, kondisi pada saat dilakukan pengujian, suhu serta kelembapan. Hasil uji dan perhitungan kekuatan beton yang didapat nantinya akan dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut.

Nah itulah tadi beberapa informasi tentang hammer test. Sudah dijelaskan pula bagaimana cara perhitungan hasil uji hammer test. Jadi bisa ditarik kesimpulan bahwa metode ini penting untuk mengetahui kualitas serta kekuatan beton.

Namun perlu diingat bahwa meski metode ini bisa membantu namun hasil pengukurannya tidak 100 % bisa digunakan untuk memastikan kekuatan serta kualitas beton tersebut. Meski demikian hal ini perlu dilakukan untuk meminimalisir resiko jangka panjang dalam penggunaan beton sebagai struktur atau penopang konstruksi sebuah bangunan.

Tinggalkan komentar